Saya menemukan bahwa semakin sederhana seseorang, semakin mudah mereka bahagia, atau bisa dibilang, kebahagiaan adalah sebuah kemampuan dan bukan fenomena.

Ingat kebahagiaan masa kecil, berasal dari orang tua yang tiba-tiba membelikan mainan yang diimpikan, saat bel pulang sekolah berbunyi, ayah diam-diam menyelipkan uang saku ke dalam tangan saya, dan saat berdiri di pinggir jalan melihat tukang gulung telur membuka gulungan telur setelah dipanggang di atas papan besi dan mencium aroma gulungan telur pada saat itu.

Sekarang? Semakin banyak orang berpikir tentang sesuatu, tampaknya selalu disertai dengan kecemasan dan keraguan yang lebih dalam, kemampuan dan tanggung jawab yang meningkat disertai dengan keinginan yang semakin besar, serta dunia batin yang terus diasah, setiap tahap memiliki definisi "kebahagiaan" yang berbeda, tetapi sepertinya kebahagiaan kebanyakan orang selalu berada di luar "kemampuan" mereka.